oleh
: Abu Shofwan Maulana Laeda, Lc
(Mahasiswa S-2 di Universitas Islam Medinah, Jurusan ‘Ulum
Al Hadits)
Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan siang sebagai waktu untuk mencari
rezeki dan karunia-Nya, dan menciptakan malam sebagai waktu untuk beristirahat
menenangkan diri dari rasa letih dan penatnya kesibukan siang.
Allah
‘azza wa jalla berfirman :
وَجَعَلْنَانَوْمَكُمْسُبَاتاً ﴿٩﴾ وَجَعَلْنَااللَّيْلَلِبَاساً ﴿١٠﴾ وَجَعَلْنَاالنَّهَارَمَعَاشاً ﴿١١﴾
"Dan Kami jadikan tidurmu
untuk istirahat.Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, Dan Kami jadikan siang
untuk mencari penghidupan." (QS. An-Naba' : 9-11)
Itulah nikmat waktu, rezeki dan ketenangan yang Allah ‘azza wa jalla
curahkan atas hamba-hambaNya. Sebab itu, dalam setiap waktu dan keadaan, Alah ‘azza
wa jallamemerintahkan mereka untuk selalu bersyukur dan berdzikir
mengingat-Nya baik dalam heningnya suasana malam maupun di sela-sela padatnya
kesibukan siang. Allah ‘azza wa jalla berfirman :
وَهُوَالَّذِيجَعَلَاللَّيْلَوَالنَّهَارَخِلْفَةًلِّمَنْأَرَادَأَنيَذَّكَّرَأَوْأَرَادَشُكُوراً ﴿٦٢﴾
"Dan Dia pula yang menjadikan
malam dan siang silih berganti bagi orang yang mengambil pelajaran atau orang
yang ingin bersyukur" (QS. Al-Furqan : 62)
Demi mewujudkan tertanamnya rasa syukur para hamba dalam hati mereka. Allah ‘azza
wa jalla mensyariatkan kepada mereka berbagai macam ibadah –yang merupakan
tujuan terciptanya makhluk-, baik berupa ibadah wajib maupun ibadah yang
sunnah. Dan salah satu ibadah yang paling agung dan utama yang Allah syariatkan
sebagai bentuk penghambaan dan apresiasi rasa syukur terhadap-Nya adalah
shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallohu alaihi wasallam:
]....وَاعْلَمُواأَنَّخَيْرَأَعْمَالِكُمُالصَّلاَةُ..[
"…Dan ketahuilah, bahwa
sebaik-baik amal kalian adalah shalat…"1
Oleh sebab itu, kendatipun Allah ‘azza wa jalla telah mewajibkan sholat
5 waktu, atas seorang muslim, Dia masih memberikan kesempatan terhadapnya untuk
lebih mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam shalat sunat di
waktu-waktu malam dan siang hari, dan diantara shalat-shalat sunat itu adalah
"shalat dhuha" yang banyak diabaikan oleh kebanyakan kaum muslimin,
mungkin karena faktor ketidaktahuan mereka tentang shalat ini ataupun karena
faktor kemalasan dan tidak adanya semangat ibadah yang tinggi dalam diri
mereka.
Jika dalam keheningan malam, Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan
tahajud dan witir sebagai ibadah sang hamba menyertai kenyamanan istirahat
malam-malamnya, maka di sela-sela padatnya aktifitas dan kesibukan siang, Allah
‘azza wa jalla dan Rasul-Nya shallallohu alaihi wasallam
menjadikan shalat ini (shalat dhuha), sebagai ibadah sunnah yang paling utama
didalamnya. Bahkan Rasulullah shallallohu alaihi wasallamtelah
mewasiatkan shalat ini kepada beberapa sahabatnya, diataranya : Abu Hurairah,
Abu Darda' dan Abu Dzar Al Ghifary radhiyallohu anhum dengan wasiat yang
sama. Simaklah penuturan Abu Hurairah radhiyallohu anhu tentang wasiat yang agung ini sebagaimana
yang terdapat dalam shohihain bahwasanya Abu Hurairah radhiyallohu anhu berkata
: "Kekasihku shallallahu'alaihiwasallammewasiatkan padaku dengan 3
perkara yang tidak akan aku tinggalkan : agar saya tidak tidur malam kecuali
setelah shalat witir, agar saya tidak meninggalkan dua rakaat shalat dhuha
karena itu adalah shalatya orang-orang yang senantiasa kembali (bertobat)
kepada Allah, dan agar berpuasa 3 hari setiap bulan".2
Ketahuilah –wahai saudaraku- ,sesungguhnya hati yang berada dalam kesibukan dan
padatnya aktifitas, kadang mengalami gangguan konsentrasi, lemahnya semangat
kerja dan hilangnya ketenangan berpikir, namun, dengan berhenti sejenak,
mengheningkan jiwa dan perasaan untuk mengingat dan berdzikir kepada Allah ‘azza
wa jalla serta memperbaharui niat amal dan aktifitas harian, hati dan
pikiran akan kembali pada ketenangan yang dengannya seseorang dapat mencapai
titik konsentrasi dan peningkatan aktifitas yang maksimal. Allah‘azza wa
jallatelah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ
اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾
"Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenang" (QS. Ar-Ra'ad : 28)
Dan sebagaimana yang telah disebutkan bahwa bentuk dzikir (mengingat) Allah ‘azza
wa jallayang paling agung adalah shalat, maka merupakan suatu hikmah yang
indah dan hal yang pantas, jika Allah‘azza wa jalla meletakkan waktu
shalat dhuha tepat dalam momen-momen kesibukan mencari rezeki dan padatnya
aktifitas harian yang menjenuhkan, baik itu sebelum mengawali aktifitas di awal
pagi, di tengah-tengah aktifitas maupun menjelang istirahat sebelum tengah
hari.
Jadi tidak diragukan lagi, shalat dhuha merupakan wasiat Rasulullah shallallohu
alaihi wasallam yang penting bagi para hamba yang senantiasa bertaqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah ‘azza wajalla, sebab mereka akan selalu
mengingat Allah dalam setiap keadaan, bahkan di sela-sela kesibukan yang
padatpun, mereka masih dapat meluangkan sedikit waktu mereka untuk bermunajat
dnegan Rabb mereka Yang Maha Pemurah. Sebab itu, tidaklah mengherankan jika Abu
Hurairah radhiyallohu anhu menyebut shalat dhuha sebagai shalatnya orang
yang senantiasa kembali bertaqorrub dan bertobat kepada Allah ‘azza wa jalla.
Subhanallah…
Seandainya hamba yang selalu melaksanakan shalat dhuha yang mendapatkan gelar
dari Allah ‘azza wa jallasebagai "At-Tawwab (hamba yang
senantiasa kembali bertobat dan bertaqorrub kepada Allah)", maka cukuplah
ini sebagai fadhilah dan keistimewaan baginya, apatah lagi jika dalam
hadits-hadits Rasulullah shallallohu alaihi wa sallambegitu banyak
menyebutkan manfaat dibalik shalat dhuha ini, diantaranya :
-
Shalat dhuha : pengganti bagi sedekah persendian tubuh
Dalam shohih muslim dari Abu Dzar radhiyallohu anhu, Rasulullah shallallohu
alaihi wasallambersabda :
"Tatkala
pagi, setiap persendian salah seorang diantara kamu memiliki sedekah; setiap
ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid
(alhamdulillah) adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (laa ilahaillallah) adalah
sedekah, setiap ucapan takbir (Allahuakbar) adalah sedekah, memerintahkan
kepada kebaikan adalah sedekah dan mencegah dari kemungkaran adalah sedekah,
namun (pahala) semuanya cukup diraih dengan dua rakaat dari shalat dhuha."3
-
Dengannya : Allah ‘azza wa jalla mencukupkan nikmat-Nya pada orang yang
melaksanakannya hari itu.
Rasulullah shallallohu alaihi
wasallambersabda :
يقول الله عز وجل : ﴿يا ابن آدم لا تعجز
من أربع ركعات في أول نهارك أكفك آخر﴾
"Allah ‘azza wa jalla berfirman
:Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah untuk melakukan 4 rakaat
(dhuha) pada awal siang hari agar Aku mencukupkan (nikmat-Ku) padamu di akhir
siang." 4
- Keluar ke tempat shalat untuk
shalat dhuha, pahalanya menyamai pahala umrah, Rasulullah
shallallohu alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ
فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ
"Barangsiapa
yang keluar (ke tempat shalat) untuk shalat dhuha, dan tidak ada yang
mengeluarkannya kecuuali untuk itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang
melaksanakan umrah" 5
- Dua rakaat diawal waktu dhuha
seusai duduk berdzikir dari sholat shubuh, menyamai pahala haji dan umrah.
Dari Anas bin Malikradhiyallohu anhu, Rasulullah shallallohu alaihi
wa sallam bersabda :
] مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ
يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ
لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ [. قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ] تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ [
"Barangsiapa yang melakukan
shalat shubuh secara berjam'ah lalu duduk berdzikir kepada Allah smpai matahari
terbit, kemudian shalat 2 rakaat maka ia mendapatkan pahala seperti pahal haji
dan umrah.
Anas
radhiyallohu anhuberkata : Rasulullah shallallohu alaihi wasallambersabda
: “sempurna, sempurna, dan sempurna." 5
Shalat ini sering dikenal "shalat isyraq", namun ia tetap merupakan
shalat dhuha yang dilakukan diawal waktu dhuha, seusai duduk berdzikir dari
waktu shubuh dan barangsiapa yang melakukan ini, ia akan mendapatkan keutamaan
ini, Insya Allah.
Inilah sebagian fadhilah dan keistimewaan yang dikhususkan oleh Allah ‘azza wa jallaatas hamba-hambaNya yang menjaga shalat dhuha sebagai penyejuk hati dan penenang pikiran dan jasadnya di waktu siang.
Bergegaslah –wahai saudaraku- untuk meraihnya dengan hanya meluangkan beberapa
menit untuk bermunajat dengan Rabbmu dalam indahnya shalat dhuha.Apalagi
diantara kemurahan-Nya ‘azza wa jalla.Dia mensyariatkannya dalam
tenggang waktu yang panjang, dari meningginya mentari setinggi mata tombak
(sekitar 15 menit dari terbitnya matahari) sampai tengah hari, saat mentari
tepat berada di atas kepala. (zawal : sekitar 15 menit sebelum waktu Dzuhur).
Diantara 2 waktu inilah yang dikenal sebagai waktu dhuha, maka dibolehkan untuk
melakukan shalat dhuha dipermulaan pagi mengawali aktifitas harian, atau
disela-sela aktifitas maupun tatkala mentari memanas sebelum waktu zawal
(tengah hari), dan waktu terakhir inilah yang paling afdhol, sebagaimana dalam
hadits :
﴿صلاة الأوابين حين
ترمض الفصال﴾
"Shalatnya orang-orang yang
senantiasa kembali (bertobat) kepada Allah adalah tatkala mentari memanas"
7
Adapun jumlah rakaatnya, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama adalah
minimal 2 rakaat, berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallohu anhuyang
telah disebutkan, dan maksimalnya adalah tanpa ada batasannya berdasarkan
amalan Rasulullah shallallohu alaihi
wasallamyang dikisahkan oleh Aisyah radhiyallahu'anha dalam Shahih
Muslim (719) : "Adalah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam melakukan
shalat dhuha 4 rakaat, dan menambahnya sesuai yang dikehendaki Allah (
semampunya ) "
Demikian,
semoga bermanfaat .Wa Shollallahu 'ala Muhammad Wa'ala Ali Muhammad.
Footnote
:
1.
HR. Ibnu Majah (277, 278, 279) dan
dishohihkan oleh AL-Albani dalam Al-Irwa' (2/137).
3.
HR. Muslim (720).
4.
HR. Abu Daud (1289), At-Tirmidzi (475) dan dishohihkan oleh Al Albany dalam
At-Ta'liq Ar-Raghib (1/236).
5.
HR. Abu Daud (008), dengan derajat hasan.
6.
HR. At-Tirmidzi (586) dan berkata : "Ini hadits hasan ghorib" dan
dihasankan oleh Al-Albany dalam Al-Misykat (971).
7.
HR. Muslim (748).
1 komentar:
Insya Allah, semoga bisa laksanakan dan bisa istiqomah......
Posting Komentar