Minggu, 22 Mei 2011

METODE  DALAM MENGHAFAL HADITS NABI
Oleh: Fadhilatus Syaikh Dr. Abdulkarim al-Khudhair –Hafidhahullah-
Alih Bahasa: Abu Shafa Luqmanul Hakim
            Segala puji bagi Allah –subhanahu wa ta’ala- atas anugerah yang senantiasa tercurah, shalawat dan salam semoga terhatur bagi Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, para sahabat dan seluruh umatnya hingga hari kiamat.
Akan “hadir” bersama kita dalam artikel ini Fadhilatus Syaikh Dr. Abdulkarim al-Khudhair –hafidhahullah-, beliau akan membeberkan tips-tips dalam mengkaji dan mempelajari hadits-hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tercinta, semoga kita diberi taufiq oleh Allah –subhanahu wa ta’ala- untuk mengambil faedah dari beliau, selamat menyimak.
Pertanyaan:
Bagaimanakah metode yang terbaik untuk menghafal hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-??.
Jawaban:

Minggu, 15 Mei 2011


MENYENTUH WANITA NON MAHRAM DALAM TINJAUAN ISLAM
KAJIAN FIQH HADITS [1]
Diterjemahkan dan disusun oleh : Abu Shafa Luqmanul Hakim

Muqaddimah
Segala puji hanya untuk Allah semata, Rabb sekalian alam, pemilik segala kemuliaan dan keutamaan serta menetapkannya untuk makhluq yang dipilihnya. Shalawat dan Salam untuk sang manusia pilihan, yang diutus dengan agama dan mukjizat abadi, yaitu Nabi Muhammad –shallallahu 'alaihi wasallam-, semoga keselamatan dan kesejahteraan senantiasa tercurah untuk beliau, para keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umatnya yang gigih meniti jalannya sampai hari kiamat datang menjelang.
Ikhwah yang dirahmati Allah, sesungguhnya orang yang mengkaji alqur'an dan sunnah akan memahami dengan gamblang tentang perhatian agama islam yang besar  terhadap hak-hak wanita, mensyariatkan hukum-hukum untuk menjaga kemuliaannya, menurunkan penjelasan dari alqur'an maupun sunnah untuk melanggengkan kesucian mereka, bak sang ratu cantik nan jelita yang terjaga dari kotoran, ibarat permata yang tidak sembarang tangan bisa menikmati dan menyentuhnya, padahal pada jaman jahiliyah wanita hanyalah barang yang diwariskan turun temurun, mereka ibarat sampah yang tidak dikehendaki kehadirannya, bahkan wanita merupakan simbol aib yang harus dienyahkan dari muka muka ini, maka tidak mengherankan apabila lisan takjub Umar bin Khatthab –radiyallahu 'anhu- mengatakan:
وَاللَّهِ إِنْ كُنَّا فِى الْجَاهِلِيَّةِ مَا نَعُدُّ لِلنِّسَاءِ أَمْرًا ، حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِنَّ مَا أَنْزَلَ وَقَسَمَ لَهُنَّ مَا قَسَمَ
Artinya: Demi Allah, sesungguhnya kami di jaman jahiliyah tidak menganggap wanita sesuatu yang patut untuk dimuliakan, sampaikan Allah menurunkan –tentang hak mereka- penjelasan, dan membagi –warisan- untuk mereka.[2]
            Namun, di era modern ini, keindahan hukum Islam terkait dengan hak-hak wanita mulai terkoyak, kemuliaan yang ditawarkan Islam kepada mereka mulai ternoda, bahkan persepsi jahiliyah tentang wanita berkibar kembali, ironisnya pengibarnya adalah kader-kader kaum muslimin sendiri. Mungkin penyebabnya adalah kebodohan yang menyelimuti umat ini, sehingga mengaburkan penjelasan Ilahi terkait masalah ini, atau termakan syubhat-syubhat murahan yang ditebarkan para musuh islam, demi menghancurkan agama yang mulia ini.
            Salah satu masalah yang mulai samar di tengah kaum muslimin terkait interaksi dengan wanita non mahram [asing] adalah tentang menyentuh atau berjabat tangan dengan wanita. Hal ini termasuk salah satu as-sunnah al-mahjurah [sunnah yang ditinggalkan] di tengah kaum muslimin, sungguh sangat marak di tengah kaum muslimin fenomena berjabat tangan dengan wanita non mahram, menganggap hal ini adalah lumrah, bahkan kening mereka akan mengerut penuh keheranan bila menjumpai segelintir kaum muslimin yang enggan menyambut uluran tangan wanita non mahram mereka, Allah Musta'an wa ilaihit tuklan.
            Berangkat dari fenomena di atas, maka kami berhasrat untuk menjelaskan tentang masalah ini dengan metode kajian hadits dan fiqh terkait dengan masalah ini, demi menghidupkan kembali sunnah Nabi yang mulai redup ditinggalkan para pengikutnya. Adapun manhaj kami dalam artikel ini, maka kami akan berupaya untuk mentakhrij hadits-hadits yang kami nukil dalam makalah ini, jika hadits tersebut diriwayatkan oleh al-imam al-Bukhari dan Muslim atau salah satu dari mereka berdua, maka kami tidak akan berpanjang lebar dalam mentakhrijnya, namun apabila hadits tersebut diriwayatkan oleh selain mereka berdua, maka kami akan mencoba untuk mentakhrijnya dan menyertakan komentar [hukum] para ulama terhadap hadits-hadits tersebut. Dan karena makalah ini juga memuat kajian fiqh, maka kami juga akan menukil perkataan dan pendapat para ulama kita terkait makna dari hadits-hadits yang kami nukil, wallahu muwaffiq.
            Ikhwah yang dirahmati Allah, demi memudahkan penyusunan dari makalah ini, maka kami akan membagi makalah ini dalam dua point, Pertama: Hukum Menyentuh Dan Berjabat Tangan Dengan Wanita Asing, Kedua: Menjawab Syubhat.
            Point-point inilah yang akan kami bahas dalam makalah yang ringkas ini, demi menghidupkan kembali sunah Rasulullah yang telah mulai asing di tengah umat islam, semoga Allah senantiaasa mencurahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita.

Selasa, 10 Mei 2011

TA'DHIMUS SUNNAH
Potret Pengagungan Ulama Salaf Terhadap Sunnah
Karya: Fadhilatus Syaikh Abdul Qoyyum as-Suhaibaniy –hafidhahullah-
Alih Bahasa: Abu Shafa Luqmanul Hakim
Bagian II
Muqaddimah
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي رسوله الأمين وعلي آله وأصحابه الطاهرين ومن اهتدي بهداهم إلي يوم الدين, أما بعد :
Adalah merupakan anugerah dari Allah –subhanahu wa ta'ala- ketika kami bisa merampungkan bagian pertama dari artikel ini, yang menjelaskan urgensi mengagungkan sunah-sunah Nabi beserta dalil-dalilnya dari al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi serta atsar-atsar dari para ulama salaf, dan pada kesempatan ini kami suguhkan bagi para ikhwah sekalian bagian kedua dari artikel ini, yang menjelaskan tentang hukuman duniawi bagi orang-orang-orang yang mengolok-olok dan melecehkan sunah Nabi. Akhirnya, secercah asa tumbuh di dalam hati, semoga goretan sederhana ini bisa membangkitkan semangat kita untuk lebih mencintai dan mengagungkan sunah Nabi yang tercinta, wallahu waliyut taufiq.